Jumat, 15 Juni 2012

Unsur-Unsur Masyarakat

UNSUR-UNSUR MASYARAKAT


1.      GOLONGAN SOSIAL

a.    Timbulnya Golongan Sosial
            Sejak manusia hidup bersama dalam masyarakat dan selama dalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai, baik benda ekonomis (kekayaan), kekuasaan, keturunan, ilmu pengetahuan dsb, maka sesuatu yang dihargai tersebut akan menjadi bibit timbulnya sistem penggolongan sosial atau pelapisan sosial dalam masyarakat. Masyarakat telah mengenal sistem pembagian atau penggolongan masyarakat sejak dahulu.  Aristoteles telah menyatakan bahwa dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur yaitu orang kaya sekali, orang melarat, dan orang yang berada di tengahnya.
            Golongan sosial dalam masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sebagai hasil proses pertumbuhan masyarakat. Faktor penyebabnya antara lain: kemampuan/kepandaian, umur, jenis kelamin, sifat keaslian, keanggotaan masyarakat dll. Faktor penentu dari setiap masyarakat berbeda-beda, misalnya pada masyarakat berburu faktor penentunya adalah kepandaian berburu.
            Dalam perkembangannya, ada pula golongan sosial yang sengaja berbentuk/disusun untuk mengejar tujuan/kepentingan tertentu, biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan dalam suatu organisasi formal misalnya pemerintahan, partai politik, sekolah, universitas, perusahaan, kemiliteran dsb.
b.    Pengertian Golongan Sosial
46
 
            Secara teoritis manusia sama derajatnya, tetapi dalam kenyataan hidup di masyarakat ada penghargaan yang berbeda terhadap sekelompok manusia berdasarkan kelebihan yang dimiliki seperti: kekayaan, kekuasaan, pendidikan dan keturunan. Adanya penilaian yang berbeda ini menimbulkan terjadinya pengelompokan masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan nama golongan sosial (istilah sosiologinya: stratifikasi sosial / pelapisan sosial ).
Koentjaraningrat mengartikan golongan sosial adalah kesatuan manusia yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu dan memiliki identitas sosial serta idealisme. Ikatan identitas sosial muncul karena adanya kesadaran identitas sebagai reaksi atas pandangan pihak luar terhadap golongan sosial tersebut atau dapat pula terjadi karena golongan sosial tersebut terikat oleh suatu sistem nilai, norma dan adat istiadat tertentu.
            Pitirim A. Sorokin menggunakan istilah pelapisan sosial yaitu pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat/hierarkhis. Perwujudannya dikenal dengan adanya kelas sosial tinggi (upper class) contohnya: pejabat, penguasa, dan pengusaha; kelas sosial menengah (midle class) contohnya: dosen, pegawai negeri, pengusaha kecil dan menengah; kelas sosial rendah (lower class) contohnya: buruh, petani, dan pedagang kecil.
c.    Dasar-dasar pembentukan Golongan Sosial
            Menurut Soerjono Soekanto, kriteria yang dipergunakan sebagai ukuran dalam menggolongkan masyarakat ke dalam golongan sosial/pelapisan sosial adalah:
1)        Ukuran Kekayaan
2)        Unsur kekuasaan atau wewenang
3)        Ukuran Ilmu Pengetahuan
4)        Unsur kehormatan (keturunan)
d.    Karakteristik Golongan Sosial
            Beberapa karakteristik golongan sosial/pelapisan sosial yang  terjadi di dalam suatu masyarakat adalah :
1)      Adanya perbedaan status dan peranan                      
2)      Adanya pola interaksi yang berbeda
3)      Adanya distribusi hak dan kewajiban
4)      Adanya penggolongan yang melibatkan kelompok
5)      Adanya prestise dan penghargaan
6)      Adanya penggoongan yang bersifat universal
e.    Pembagian Golongan dalam Masyarakat
            Berdasarkan karakteristik golongan sosial di atas, maka terdapat beberapa pembagian golongan sosial sebagai berikut :
1).   Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Pertanian (Agraris), di dasarkan pada hak dan pola kepemilikan tanah, terbagi menjadi:
a)    Golongan Atas : para pemilik tanah pertanian dan pekarang untuk rumah tinggal (penduduk inti).
b)   Goongan Menengah: para pemilik tanah pekarangan dan rumah tapi tidak memiliki tanah pertanian (kuli gendul).
c)    Golongan Bawah : orang yang tidak memiliki rumah atau pekarangan (inding ngisor).
2).   Sistem Golongan Sosial pada Masyarakat Feodal, di dasarkan pada hubungan kekerabatan dengan raja/kepala pemerintahan, terbagi menjadi:
a)    Golongan Atas : kaum kerabat raja atau bangsawan.
b)    Golongan Menegah : rakyat biasa (kawula).
3).   Sistem Golongan Sosial pada Masa Pemerintahan Kolonial, meliputi
a)    Golongan Eropa, merupakan lapisan atas, terdiri orang Belanda, Eropa, Jepang .
b)   Golongan Timur Asing, merupakan lapisan menengah, tediri keturunan China dan Arab.
c)    Golongan Bumi Putera, merupakan lapisan bawah, tediri dari pribumi atau bangsa Indonesia asli.
4).   Sistem Golongan Sosial dalam Masyarakat Industri, meliputi :
a)    Golongan teratas  terdiri para pengusaha besar atau pemilik modal, direktur, komisaris.
b)   Golongan menengah atau madya terdiri dari tenaga ahli dan karyawan.
c)    Golongan bawah seperti buruh kasar, pekerja setengah terampil, pekerja sektor   informal (pembantu).

            Disamping berdasarkan karakteristik spt di atas, golongan sosial dapat pula dibagi berdasarkan sudut pandang ekonomi, sosial, politik sebagaimana terurai di bawah ini.
            Berdasarkan bidang ekonomi, penggolongan masyarakat dibedakan menjadi :
1).   Penggolongan masyarakat berdasarkan atas kepemilikan harta, yang terdiri tiga golongan, yaitu:
a)    Golongan atas yang terdiri orang-orang kaya.
b)   Golongan menengah terdiri orang-orang yang sudah dapat mencukupi kebutuhan pokoknya.
c)    Golongan bawah yang terdiri orang-orang miskin.
2).   Penggolongan masyarakat berdasarkan profesi / mata pencaharian, yang terdiri enam golongan, yaitu:
a)  Golongan elite, yaitu orang-orang kaya, yang punya kedudukan/pekerjaan terpandang.
b)  Golongan profesional, yaitu mereka yang bergelar sarjana dan yang berhasil dalam dunia profesinya.
c)  Golongan semi professional, yang terdiri pedagang, teknisi, pegawai kantor.
d) Golongan tenaga trampil, seperti tukang cukur, pekerja pabrik, juru tulis.
e)  Tenaga semi terlatih, seperti sopir, pelayan restoran.
f) Tenaga tidak terlatih, seperti pembantu rumah tangga, tukang kebun.


Berdasarkan bidang sosial, penggolongan masyarakat dibedakan berdasarkan status sosial. Contohnya pembagian kasta di Bali, yang terdiri Brahmana, Ksatria,Waisya yang ketiganya disebut golongan Triwangsa dan kasta Sudra (kasta ini disebut Jaba dan sebagai golongan terbesar di Bali).
Golongan Triwangsa  dan Jaba berhak memakai tanda gelar yang terlihat pada nama depannya, yaitu:
1).  Kasta Brahmana    = Ida Bagus, I Gusti, Ida Ayu.
2).  Kasta Ksatria         = Cokorda, Dewa, Ngakan.
3).  Kasta Waisya         = Bagus, Gusti
4).  Kasta Sudra           = Pande, Lebon, Sawan, Pulosari

Berdasarkan bidang politik, penggolongan masyarakat berdasarkan kekuasaan atau wewenang seseorang. Semakin tinggi kekuasaan akan menempatkan seseorang pada golongan atas. Contohnya dalam kemiliteran:
1).  Golongan atas terdiri Jenderal, Perwira Tinggi
2).  Golongan menengah terdiri para Bintara, dan Serda hingga Mayor
3).  Golongan bawah terdiri para Prajurit sampai Kopral Kepala

f.    Sifat Sistem Penggolongan Sosial
Klasifikasi dari sifat sistem penggolongan sosial, meliputi tersebut di bawah ini.
1).  Sistem lapisan tertutup: sistem yang tidak memungkinkan seseorang pindah ke golongan/lapisan sosial lain. Contohnya kasta di Bali dan India.
2).  Sistem lapisan terbuka: sistem yang memungkinkan seseorang pindah / naik ke golongan sosial atasnya. Contohnya pedangan kecil yang giat berusaha dengan keras dapat mjd pengusaha atau konglomerat.
3).  Sistem campuran: sistem kombinasi antara terbuka dan tertutup. Misalnya seorang bangsawan Solo yang dihormati masyarakat Solo, ketika pindah Jakarta harus menyesuaikan dengan aturan kelompok masyarakat yang baru dan dia akan diperlakukan sesuai kedudukannya di tempat yang baru.
g.   Fungsi Golongan sosial
Golongan sosial memiliki fungsi-fungsi berikut ini:
1).  Distribusi hak istimewa yang obyektif seperti penghasilan, kekayaan.
2).  Sistem pertanggaan pada strata/tingkat yang diciptakan masyarakat menyangkut prestise dan penghargaan.
3).  Penentu simbol status/kedudukan seperti cara berpakaian, tingkah laku.
4).  Alat solidaritas di antara individu/kelompok yang menduduki sistem sosial yang sama dalam masyarakat.


2.    KATEGORI SOSIAL

a.    Pengertian Kategori Sosial.
            Menurut Koentjaraningrat,  kategori sosial adalah kesatuan manusia yang terwujud karena adanya suatu ciri-ciri obyektif yang dikenakan pada manusia-manusia tersebut. Dalam kategori sosial tidak terikat oleh unsur adat istiadat, sistem norma, sistem nilai tertentu, tidak memiliki  identitas, tidak memiliki lokasi, tidak mempunyai organisasi, dan tidak memiliki pemimpin.
b.    Contoh Kategori Sosial dalam masyarakat
            Dalam masyarakat sustu negara melalui ketentuan hukum yang berlaku ada kategori warga berdasarkan kelompok umur seperti kategori warga di atas umur 18 tahun dan kategori untuk membedakan warga negara yang telah memiliki hak pilih dengan warga negara yang tidak memiliki hak pilih dalam pemilu. 
Contoh lain ada kategori orang yang memiliki mobil dan ada kategori orang yang tidak memiliki mobil dengan maksud untuk menentukan warga masyarakat yang harus membayar dan yang tidak membayar pajak kendaraan.
     
3.   KELOMPOK SOSIAL
a.    Pengertian Kelompok Sosial
            Kelompok sosial (social group) adalah himpunan/kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, terdapat hubungan timbal balik, saling memengaruhi sehingga timbul suatu kesadaran untuk saling menolong di antara mereka.
            Kesatuan manusia yang hidup bersama disebut kelompok sosial harus memenuhi kriteria :
a.         Adanya kesadaran setiap kelompok bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok tersebut.
1).   Terdapat hubungan timbal balik (interaksi) antar anggota kelompok
2).   Memiliki struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.
3).   Memiliki suatu sistem dan proses tertentu.
4)    Adanya faktor pengikat yang dimiliki anggota-anggota kelompok, seperti persamaan nasib, kepentingan tujuan, ideologi politik dll.

b.    Jenis-Jenis Kelompok Sosial
       Jenis-jenis kelompok sosial dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1).   Berdasarkan Identifikasi Diri, dikenal adanya in group dan out group.
      In group adalah kelompok sosial yang dijadikan tempat oleh individu untuk mengidentifikasi dirinya. In group sering dikaitkan dengan istilah “kami atau kita” dan pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. “Kami anggota kelompoknya”. Sedangkan Out group adalah kelompok sosial yang oleh individu  diartikan sebagai lawan in group-nya. Out group sering dihubungkan dengan istilah”mereka”. Sikap out group ditandai oleh suatu sikap antipati.
2).   Berdasarkan hubungan kedekatan anggota, teridentifikasi adanya kelompok primer (primary group). Menurut Charles Horton Cooley  kelompok primer/primary group adalah kelompok sosial yang paling sederhana, anggotanya saling mengenal, serta terdapat kerjasama yang erat dan bersifat pribadi, interaksi sosial berlangsung secara tatap muka (face to face), Contohnya: keluarga, kelompok bermain, klik/clique.
3).   Berdasarkan hubungan familistik (sifat kekeluargaan), dikenal adanya paguyuban (Gemeinschaft). Ferdinand Tonnies mengataakan bahwa paguyuban (gemeinscaft) adalah bentuk kehidupan hubungan batin yang murni terikat oleh hubungan batin yang kekal berdasarkan rasa cinta dan rasa persatuan batin. Contohnya: kelompok kekerabatan, rukun tetangga/RT.
4).   Berdasarkan sifat organisasi, terdapat informal group.
       Informal group adalah kelompok yang tidak memiliki struktur/organisasi tertentu, kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk berdasarkan pertemuan yang berulangkali. Contohnya: kelompok arisan, kelompok belajar, klik/clique.
5).   Berdasarkan keanggotaan, terdapat adanya kelompok membership group dan reference group. Kelompok membership adalah kelompok yang para anggotanya tercatat secara fisik sebagai anggota. Contohnya: peserta asuransi nasabah bank, anggota OSIS, anggota PGRI. Sedangkan kelompok reference/kelompok rujukan atau acuan adalah kelompok sosial yang dijadikan rujukan/acuan oleh individu-individu yang tidak tercatat dalam anggota kelompok tersebut untuk membentuk kepribadiannya dalam berperilaku. Contohnya; seseorang yang gagal menjadi mahasiswa UI tetapi ia tetap bertingkah laku seperti mahasiswa UI.

4.    PERKUMPULAN (ASOSIASI)

a.    Pengertian Perkumpulan
            Perkumpulan atau asosiasi adalah kesatuan manusia yang dibentuk secara sadar untuk tujuan-tujuan khusus. Terbentuknya perkumpulan dilandasi oleh kesamaan minat, tujuan, kepentingan, pendidikan, keahlian profesi, atau agama. Perkumpulan merupakan suatu organisasi buatan yang bersifat formal, dengan jumlah anggota relatif terbatas, memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, hubungan antar anggota tidak bersifat pribadi, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
b.    Bentuk-bentuk Perkumpulan
Bentuk-bentuk perkumpulan dalam masyarakat dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1).   Berdasarkan sifat hubungan anggotanya, terbentuk kelompok sekunder (secondary group).
       Kelompok sekunder adalah suatu perkumpulan yang terdiri dari banyak orang dengan bentuk hubungan tidak bersifat pribadi dan bersifat sementara.
       Contohnya: negara, bangsa dan suku.
2).   Berdasarkan sifat organisasi, terbentuk organisasi formal (formal group) yaitu kesatuan manusia yang tergabung dalam sebuah organisasi yang memiliki peraturan tegas yang sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama.
       Contohnya: perkumpulan mahasiswa, perkumpulan organisasi massa, instansi pemerintah, dsb.
3).   Berdasarkan pola hubungan yang diciptakan para anggotanya, terbentuk kelompok patembayan (gesellschaft).
       Kelompok patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok, biasanya untuk jangka waktu pendek, dan terdapat dalam hubungan perjanjian berdasarkan ikatan timbal balik (kontrak).
       Misalnya: ikatan karyawan dan majikan dalam organisasi suatu pabrik.
4).   Berdasarkan prinsip guna/fungsinya, terdapat perkumpulan atas dasar ekonomi. Contohnya: perkumpulan pedagang, koperasi, suatu perseroan suatu perusahaan dsb.
5).   Berdasarkan keperluan, terdapat banyak perkumpulan contohnya seperti perkumpulan untuk memajukan pendidikan maka dibentuk yayasan pendidikan, suatu perkumpulan pemberantasan buta huruf.
6).   Perkumpulan untuk memajukan ilmu pengetahuan atau organisasi profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (HISPI), Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), dsb.
7).   Berdasarkan keperluan memajukan kesenian, terdapat banyak perkumpulan, contohnya seperti sanggar tari, sanggar budaya, dsb.
8).   Berdasarkan aktivitas keagamaan, terdapat banyak perkumpulan, contohnya seperti organisasi penyiar agama, kelompok pengajian, organisasi gereja, gerakan kebatinan, dsb.
9).   Berdasarkan aktivitas politik, terdapat banyak perkumpulan, contohnya seperti Parpol, kelompok kepentingan/penekan, dsb.
10). Berdasarkan kepentingan memajukan olah raga, terdapat banyak perkumpulan, contohnya: PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia).

3 komentar: